HMI Babel Raya Sikapi Kondisi Darurat Nasional dan Serukan Kader Melalui Pesan Tritura

Opini

Penulis : Okta Renaldi, Ketua Umum HMI Cabang Bangka Belitung Raya

PANGKALPINANG, Actadiurma.id – ‎Indonesia memasuki babak baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo ‎Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Namun, harapan masyarakat ‎dihantui dengan bayang-bayang skeptisme publik. Watak yang dipertontonkan masih ‎dengan watak yang culas samanya dengan rezim sebelumnya, Dengan begitu apakah ‎kebijakan yang dihasilkan benar-benar berorientasi kepada kepentingan rakyat atau
‎sebaliknya hanya menjadi bagian alat kosmetik politik belaka.

‎Penyusunan kebijakan yang sering kali dilakukan secara serampangan ugalu-galan dan mengesampingkan kondisi ideal kerap menjadi pemicu awal gerakan ‎perlawanan rakyat, sehingga hal itulah menjadi kalkulasi akan beberapa segmentasi ‎yang dipersoalkan misalnya, janji politik yang ditunaikan setengah hati, capaian
‎program yang masih jauh dari kata optimal, rencana kebijakan tak sesuai dengan ‎kebutuhan publik, kualitas kepemimpinan yang rendah, tata kelola anggaran yang carut ‎marut, lintas lembaga tidak serasi, sektor ekonomi minim intervensi, reformasi TNI
‎belum selesai, hingga kinerja polri jauh dari presisi. Belum lagi dengan rutinnya kita
‎dipertontonkan dengan skema partnership yang mengakibatkan melemahnya sistem
‎Check and Balance dalam mekanisme kontrol antara hubungan eksekutif dan legislatif.

‎Dengan demikian gelombang perlawanan tetap disajikan melalui gerakan Civil ‎Society, dimulai dari gelombang demonstrasi menolak revisi UU TNI yang ‎menyuarakan kekhawatiran terhadap kembalinya Dwifungsi, kontroversi pagar laut, ‎disusul teror pengiriman paket kepala babi kekantor media tempo yang menimbulkan ‎keprihatinan banyak pihak, sampai dengan hari ini gelombang penolakan tukin
‎(tunjangan kinerja) legislatif & penolakan akan kenaikan tarif pajak masih digelorakan.

‎Belum lagi rezim Prabowo-Gibran yang mengandalkan jejaring militer dalam suksesi ‎program pemerintah dianggap nonsense mengingat dalam setiap gelombang ‎perlawanan, gerakan civil society selalu dibenturkan dengan aparat yang bersikap brutal ‎dengan melanggar nilai-nilai kemanusiaan demi menjadi tameng bagi kekuasaan dalam
‎meredam gerakan.

‎Melihat dari pada proses jalannya roda kepemerintahan yang menunjukan carut ‎marut dan cenderung menunjukan kegagalan yang jauh akan pencapaian serta kerap ‎menimbulkan kemarahan rakyat, sehingga hal inilah yang membawa Himpunan ‎Mahasiswa Islam Cabang Bangka Belitung Raya menyatakan sikap, sebagai berikut :

‎1. Mendesak Presiden untuk membubarkan DPR atau menyegerakan
‎pemabahasan dan pengesahan RUU Perampasan Aset, RUU Masyarakat Adat, RUU
‎Perlindungan Pekerja Rumah tangga, dan Bentuk UU ketenaga kerjaan yang baru tanpa
‎mengacu pada omnibuslaw, serta bentuk UU Pertanahan sesuai mandat UU PA 1960.
‎2. Mendesak Pemerintah untuk Membubarkan Intitusi Polri Secara
‎Nomenklatur atau Copot Kapolri dan Segera Adili Seluruh Aparat Pelaku Kejahatan
‎Kemanusiaan.
‎3. Mendesak Pemerintah Untuk Segera Menurunkan Harga Sembako, Biaya
‎Pendidikan, dan Tarif Pajak yang Mencekik Rakyat.