OPEN AI, Actadiruma.id – Kecerdasan Buatan (AI) telah mengubah aturan main di banyak industri, tidak terkecuali dunia seni kreatif. Salah satu nama yang menonjol di era baru ini adalah Prateek Arora, seorang profesional kreatif berbasis di Mumbai yang telah membuat gebrakan dengan desain visual yang dihasilkan AI.
Prateek Arora menganut filosofi yang disebutnya ‘Indofuturisme’, menggunakan AI untuk menata ulang India dan melawan narasi Barat. Desainnya memiliki kemampuan luar biasa untuk memadukan elemen gotik dengan estetika kekeluargaan tradisional India, menghasilkan citra nyata yang menarik perhatian internet. Karya seperti ‘Granth Gothica’ dan ‘Mumbai Tetris’ bukan sekadar karya seni; mereka menjadi pembuka percakapan tentang peran AI dalam seni.
Meskipun banyak komunitas kreatif memandang AI hanya sebagai peniruan imajinasi manusia yang canggih, ada pula yang melihatnya sebagai peluang untuk berinovasi dan mendefinisikan ulang ekspresi artistik. Namun, pesatnya perkembangan AI dalam bidang seni menimbulkan kekhawatiran etika. Ketakutan akan kepalsuan, propaganda, dan potensi manipulasi realitas tampak besar.
Pameran Arora ‘Rocketganj’ di Delhi merupakan bukti hubungan kompleks antara AI dan seni. Ini menghadirkan visi seni yang menawan dan kontroversial, didorong oleh kemampuan AI. Namun, terlepas dari potensi manfaat AI, penerapannya menghadapi tantangan yang signifikan. Kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap mata pencaharian dan esensi kreativitas manusia telah memicu perdebatan sengit.
Meski begitu, Arora tetap optimis. Ia melihat AI sebagai kekuatan pembebasan yang dapat menumbuhkan budaya fiksi ilmiah yang kaya di India. Ia mengakui perlunya regulasi dalam penerapan AI, namun ia yakin akan potensinya untuk meningkatkan seni. Seiring dengan terus berkembangnya AI, perannya dalam seni kreatif juga akan berubah, membentuk narasi baru, dan melahirkan bentuk ekspresi baru.