Mahasiswa Protes Semakin Banyaknya Pengungsi Rohingya di Aceh

Nasional

BANDA ACEH, Actadiurma.id – Mahasiswa di provinsi Aceh, Indonesia, berunjuk rasa pada hari Rabu menuntut pemerintah mengusir pengungsi Rohingya yang datang dengan perahu dalam jumlah yang semakin meningkat ketika polisi menetapkan lebih banyak tersangka perdagangan manusia.

Lebih dari 1.500 warga Rohingya, yang melarikan diri dari serangan kekerasan di Myanmar dan sekarang meninggalkan kamp-kamp di negara tetangga Bangladesh untuk mencari kehidupan yang lebih baik, telah tiba di Aceh di ujung pulau Sumatera sejak bulan November. Mereka menghadapi permusuhan dari sesama Muslim di Aceh.

Sekitar 200 mahasiswa melakukan protes di depan gedung parlemen provinsi di Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh, untuk menyerukan kepada anggota parlemen agar menolak pengungsi Rohingya, dengan mengatakan bahwa kehadiran mereka akan membawa pergolakan sosial dan ekonomi di masyarakat.

Para pengunjuk rasa meneriakkan “Keluar dari Rohingya!” dan mengkritik pemerintah dan badan pengungsi PBB karena gagal menangani kedatangan pengungsi. Beberapa pengunjuk rasa membakar ban di jalan.

“Kami mendesak ketua parlemen untuk segera mengambil tindakan tegas untuk mengeluarkan semua pengungsi Rohingya dari Aceh,” kata Teuku Wariza, salah satu penyelenggara protes.

Para pengunjuk rasa berbaris menuju balai komunitas setempat di Banda Aceh, tempat sekitar 135 orang Rohingya berlindung. Para pengunjuk rasa membuang pakaian dan barang-barang rumah tangga milik para pengungsi, sehingga memaksa pihak berwenang memindahkan mereka ke tempat penampungan lain.

Indonesia pernah memberikan toleransi terhadap pengungsi, sementara Thailand dan Malaysia mengusir mereka. Namun meningkatnya permusuhan sebagian masyarakat Indonesia terhadap Rohingya telah memberikan tekanan pada pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mengambil tindakan.

Presiden awal bulan ini mengatakan pemerintah mencurigai adanya lonjakan perdagangan manusia yang menyebabkan peningkatan kedatangan warga Rohingya.

Polisi di Banda Aceh pada hari Rabu menetapkan dua lagi tersangka penyelundup manusia dari Bangladesh dan Myanmar menyusul kedatangan satu kapal pengungsi pada 10 Desember. Salah satu dari mereka, sang kapten, yang juga seorang pengungsi, didakwa melakukan perdagangan manusia.

“Ini bukan persoalan mudah, ini persoalan yang tantangannya sangat besar,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada wartawan. “UNHCR telah menegaskan kembali komitmennya untuk terus membantu pemerintah Indonesia dalam mengatasi situasi ini.”

Sekitar 740.000 warga Rohingya dimukimkan kembali di Bangladesh setelah meninggalkan rumah mereka di Myanmar untuk menghindari kampanye kontra-pemberontakan brutal yang dilakukan pada tahun 2017 oleh pasukan keamanan. Tuduhan pemerkosaan massal, pembunuhan dan pembakaran seluruh desa telah terdokumentasi dengan baik, dan pengadilan internasional sedang mempertimbangkan apakah pihak berwenang Myanmar melakukan genosida dan pelanggaran berat hak asasi manusia lainnya.