GAZA, Actadiurma.id – Kota Betlehem yang merupakan tempat kelahiran Yesus Kristus biasanya ramai selama momen Natal. Namun, tahun ini sebagian besar perayaan dibatalkan akibat perang Israel-Hamas.
Prosesi Natal tahun ini di Betlehem jauh lebih kecil dari biasanya. Para pemimpin gereja memutuskan untuk membatalkan dekorasi dan perayaan karena perang Israel dan Hamas.
Seorang guru Bahasa Inggris di Beit Sahour, Nuha Tarazi, menyebut penantian Natal selalu menjadi hal yang paling menyenangkan. Namun, tahun ini menjadi berbeda, tidak ada dekorasi Natal di rumahnya.
“Kami selalu menantikan Hari Raya setiap tahunnya,” kata Tarazi, kepada DW. Sudah hampir enam tahun Tarazi tidak mendapatkan izin dari otoritas Israel untuk dapat mengunjungi saudara di kampung halamannya, di Kota Gaza.
“Siapa yang masih mau memikirkan perayaan Natal saat ini, dengan apa yang terjadi di Gaza?” ujarnya.
Biasanya saat Natal, saudaranya yang berasal dari Kota Gaza diperbolehkan untuk mendatangi Tarazi di Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel. Tarazi sendiri lahir di Gaza, tapi dia sudah bermukim selama berpuluh tahun di Beit Sahour, sebuah kota tetangga Betlehem. Banyak masyarakat di sini yang masih memiliki keluarga dan teman di Jalur Gaza, lantaran masih ada komunitas Kristen kecil di sana.
Untuk perayaan seperti Paskah atau Natal, biasanya otoritas Israel memberikan surat izin keluar yang diperlukan oleh kelompok Kristen Palestina di Jalur Gaza, yang telah dikuasai oleh Hamas sejak 17 tahun silam.
Walau begitu, tidak ada kepastian surat izin tersebut akan diberikan, atau terkadang tidak semua anggota keluarga diperbolehkan untuk berangkat. Beberapa tahun terakhir, izin keluar itu menjadi terbatas akibat situasi politik. Namun, setidaknya masih ada harapan untuk saling bertemu saat momen perayaan dan menghabiskan waktu bersama.
Sekarang semuanya menjadi berbeda lagi. Perlintasan perbatasan Erez, di Israel, telah ditutup sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober ke kawasan selatan Israel, hingga konflik yang terjadi setelahnya. Artinya, rute ke Tepi barat yang diduduki Isarel dan ke Yerusalem juga ikut ditutup.
Tanbahan lagi, Tarazi juga sedang berkabung lantaran saudara perempuannya tewas akibat serangan Israel pada sebuah bangunan di halaman Gereja Ortodoks Yunani Porphyrius di Kota Gaza pada Oktober 2023 silam. Menurut sebuah pernyataan dari Patriarkat Ortodoks Yunani, 18 orang tewas akibat serangan itu, banyak dari mereka yang tengah mencari perlindungan di tempat tersebut.