Sisi lain D.N. Aidit, Tokoh Utama G30S/PKI

Nasional

PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Dipa Nusantara Aidit, ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah membuat geger Indonesia. Pria kelahiran Belitung, 30 Juli 1923 ini dituduh bertanggungjawab atas tragedi nasional G30S/PKI sehingga dieksekusi mati pada 22 November 1965.

Dilansir dari wikipedia.org, D.N. Aidit terlahir dengan nama Achmat Aidit dan semasa kecil lebih sering disapa dengan panggilan “Amat”. Pernah aktif memimpin pergerakan pemuda Belitung melawan penjajahan Belanda.

Putra sulung empat bersaudara dari pasangan Abdulah Aidit dan Mailan ini juga pernah mendirikan perkumpulan keagamaan yang dinamainya Nurul Islam dan berorientasi kepada Muhammadiyah.

Sang ibu berasal dari keluarga ningrat, putri dari peneroka sekaligus tuan tanah Belitung, Ki Agus Haji Abdul Rachman dan Nyayu Aminah. Tidak banyak informasi tentang asal-usul Aminah, namun disebutkan leluhur nenek Aidit berasal dari Nagari Maninjau,Sumatera Barat.

Setelah tumbuh menjelang dewasa, Aidit merubah namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit dan merantau ke Bandung, Jawa Barat  setelah menamatkan pendidilan HIS di pulau Bangka.

Sebelum berkecimpung dengan politik, Aidit sangat dekat dengan dunia seni, dan menjadikan kosnya sebagai tempat berkumpul para seniman yang menamakan diri Seniman Senen, karena lokaisnya terletak dekat pasar Senen, Jakarta.

Tahun 1940 Aidit mendirikan perpustaan “Antara” dikawasan Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat dan membuat usaha penjahitan yang juga dinamainya “Antara”.

Aidit mulai mengenal paham kiri setelah menimba ilmu di Sekolah Dagang (Handelsschool) melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda yang belakangan menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia.

Gairah politik D.N. Aidit sempat membuat Muhammad Hatta menjadikannya anak didik kesayangan sebelum keduanya bersebrangan karena perbedaan idealisme politik.

Meski berpaham Marxisme Komunis, Aidit bersama Partai Komunis Indonesia (PKI) menunjukkan dukungannya terhadap Marhenisme yang diusung presiden Soekarno, sehingga menjadikannya salah satu pilar utama pendukung pemerintahan Soekarno.

Dibawah kepemimpinan Aidit, PKI berkembang pesat dan menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah Soviet dan RRC. Program-program kerakyatan yang diusung PKI mampu mengambil hati masyarakat dan menjadikannya sebagai partai penyeimbang dari dua kubu lonservatif partai-partai politik berbasis agama dan militer.

Titik balik kehancuran PKI terjadi setelah meletus peristiwa kontroversial tragedi nasional penculikan sejumlah jenderal TNI AD, dimana PKI dituding sebagai dalang atas tragedi berdarah yang kemudian diikuti oleh pembubaran dan penumpasan PKI diseluruh penjuru tanah air.

Bahkan D.N. Aidit yang kala itu merupakan ketua PKI yang juga menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat Sementara (MPRS), dieksekusi mati di Boyolali pada 22 November 1965, tanpa sempat menjalani persidangan atas tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Editor : actadiurma.id