JAKARTA, Actadiurma.id – Dalam lompatan signifikan menuju energi berkelanjutan, Indonesia membuat kemajuan dalam penerapan Pembangkit Hidrogen Hijau (GHPs). Pabrik yang menghasilkan hidrogen melalui elektrolisis air ini merupakan sumber energi terbarukan yang tidak mengeluarkan gas rumah kaca. Hingga 20 November 2023, Indonesia telah meresmikan 21 GHP dengan kapasitas gabungan 4.644 kWp atau setara 6.780 MWh/tahun yang mampu menghasilkan 199 ton hidrogen setiap tahunnya.
Darmawan Prasodjo, CEO PT PLN (Persero), menggarisbawahi peran GHP dalam memungkinkan transisi menuju transportasi rendah karbon. Pabrik-pabrik ini telah meningkatkan pasokan hidrogen secara signifikan untuk kendaraan listrik sel bahan bakar, dari awalnya hanya 140 kendaraan menjadi 424 kendaraan. GHP juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi CO2 yang cukup besar, dari 1.900 ton menjadi 3.720 ton per tahun.
Hidrogen memiliki berbagai tujuan selain sebagai bahan bakar kendaraan. Ini digunakan dalam pendinginan generator pembangkit listrik, dalam industri kimia, dan untuk produksi pupuk. GHP pertama di Indonesia diresmikan pada tanggal 9 Oktober 2023 di Muara Karang, dimana 8 dari 51 ton hidrogen yang diproduksi setiap tahunnya digunakan untuk mendinginkan generator listrik.
Rencana Masa Depan untuk Infrastruktur Hidrogen
PT PLN berencana mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (HRS) dan pembangkit bahan bakar berbasis hidrogen ramah lingkungan. Inisiatif ini bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dirancang untuk mendukung transisi energi. Perluasan GHP dan HRS akan memainkan peran penting dalam komitmen Indonesia terhadap energi ramah lingkungan dan transisi menuju perekonomian rendah karbon.