PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Kekayaan alam Indonesia sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas tidak ada tandingannya di muka bumi ini. Salah satunya adalah keberadaan 5 satwa purba yang masih bisa ditemui di Indonesia.
Berikut daftar 5 satwa purba yang masih ada di Indonesia seperti yang dilansir dari Instagram @GNFI Good News from Indonesia :
KOMODO
Merupakan kadal terbesar di dunia dengan panjang 2-3 meter dengan berat yang bisa mencapai 1 kwintal atau 100 Kg. Memiliki nama lengkap Biawak Komodo (Varanus Komodoensis) dan masih satu spesies dengan familia Varanidae. Karena struktur tubuhnya mirip dengan fosil dinosaurus, hewan yang dalam bahasa lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur dipanggil “Ora” alias buaya darat ini, sering dianggap sebagai satu-satunya spesies dinosaurus yang masih hidup.
Reputasi sebagai pemangsa yang ditunjang poatur tubuh yang besar menjadikannya sebagai salah satu satwa purba paling populer. Namun keberadaannya mulai terancam akibat aktifitas manusia, sehingga lembaga IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.
TRENGGILING
Tenggiling atau trenggiling (juga disebut sebagai pemakan semut bersisik) adalah mamalia dari ordo Pholidota. Satu keluarga yang masih ada, Manidae, memiliki tiga genera, yaitu Manis yang terdiri atas empat spesies yang hidup di Asia, Phataginus yang terdiri atas dua spesies hidup di Afrika, dan Smutsia yang terdiri atas dua spesies juga tinggal di Afrika.
Spesies ini berbagai ukuran dari 30 sentimeter hingga 100 sentimeter. Sejumlah spesies tenggiling punah juga diketahui. Nama pangolin berasal dari kata bahasa Melayu “pengguling”. Tenggiling ditemukan secara alami di daerah tropis di seluruh Afrika dan Asia.
BELANGKAS
Mimi atau Belangkas (suku Limulidae) mencakup empat jenis hewan beruas (artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove. Kesemuanya merupakan anggota suku Limulidae dan menjadi satu-satunya wakil dari bangsa Xiphosurida yang masih sintas di bumi.
Cetakan fosil hewan ini tidak mengalami perubahan bentuk berarti sejak masa Devon (400-250 juta tahun yang lalu) dibandingkan dengan bentuknya yang sekarang, meskipun jenisnya tidak sama.
Orang Jawa menyebut mimi untuk yang berjenis kelamin jantan dan mintuna untuk yang betina. Hewan ini monogamik, sehingga sering dijadikan simbol kelanggengan pasangan suami-isteri.
Orang Inggris mengenalnya sebagai horseshoe crab atau “ketam ladam” karena bentuknya yang dianggap seperti ladam kuda. Belangkas merupakan satwa dilindungi di Indonesia.
PENYU
Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145-208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dhinosaurus.
Pada masa itu, Archelon yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas.
Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58-73 hari.
BUAYA
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya sepit (Tomistoma schlegelii).
Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut buaya aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya. Namun, ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara.
Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya.
Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Bangka Belitung merupakan salah satu habitat berbagai jenis buaya termasuk buaya muara. Eksploitasi pertambangan timah yang tidak terkendali mengakibatkan habitat buaya di Bangka Belitung banyak yang rusak sehingga menimbulkan konflik antara satwa yang dilindungi ini dengan manusia.