HIBURAN, Actadiurma.id – Di tengah gencatan pasokan listrik yang semakin tinggi di suatu daerah, 3 desa ini justru santai dan tidak menuntut pemerintah untuk memasok listrik ke daerahnya. Hm, kira-kira desa mana aja nih yang menutup diri untuk dialiri listrik. Yuk simak ulasan berikut ini.
1. Kampung Naga
Kampung Naga yang berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya rupanya menolak wilayahnya dialiri listrik. Bahkan mayoritas dari mereka juga menolak modernisasi terkait peralatan masak yaitu kompor gas. Mereka memilih untuk menggunakan tungku dan kayu bakar.
Selain itu, jumlah rumah di Kampung Naga tidak boleh bertambah. Itu artinya hanya ada 112 bangunan di Kampung Naga termasuk masjid, balai pertemuan, dan Bumi Ageung. Ngomongin Bumi Ageung, bangunan ini adalah sebuah rumah yang disakralkan oleh masyarakat adat Kampung Naga.
2. Desa Adat Ammatoa
Ammatoa, sebuah desa adat yang didominasi dengan kawasan hutan. Desa ini berada di wilayah Tana Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Didominasi kawasan hutan, rumah penduduk Ammatoa berbahan dasar kayu dengan bentuk panggung memanjang. Saat mengunjungi desa adat ini, jangan berharap dapat menjumpai kendaraan mesin berlalu lalang ya. Sebab, Desa Ammatoa masih jauh dari modernisasi.
Bicara Desa Adat Ammatoa, apa sih arti dari ‘Ammatoa’ itu? Ternyata Ammatoa merupakan sebuah sebutan untuk kepala Suku Kajang. Mengutip beberapa sumber konon, cara hidup masyarakat Ammatoa diatur oleh Pasang, yakni petuah yang disampaikan oleh leluhur secara lisan dan diyakini jika dilanggar akan mendapatkan hal buruk di kemudian hari.
3. Desa Adat Baduy Dalam
Terakhir, ada Desa Adat Baduy Dalam. Sudah tidak asing jika desa adat yang bermukim di Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ini memegang teguh aturan adat tentang hidup tanpa listrik.
Banyak hal yang bisa dikulik dari Baduy Dalam ini. Keunikan yang hadir di dalam kehidupan Suku Baduy Dalam adalah rumahnya yang masih sangat tradisional di mana hanya menggunakan bahan kayu dan bambu. Meski demikian, rumah di sana terbilang kokoh. Nah, poin penting yang juga perlu diperhatikan ketika membangun rumah di sana adalah posisi rumah yang harus menghadap ke utara atau selatan. Ditanya alasannya apa, masih jadi misteri. Namun, hal ini telah menjadi kearifan lokal yang sudah dijaga sejak dulu.
Editor : Yossi Nurmansyah