Ironi Dibalik Toga, Permasalahan Pengangguran Sarjana

Opini

Opini : Salsabil Nur Aqilla, Mahasiswi Psikologi Islam IAIN SAS BABEL

PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Pengangguran adalah sebuah masalah sosial yang banyak terjadi diberbagai daerah di indonesia saat ini. Banyaknya pengangguran yang terjadi maka semakin banyak pula tindakan kejahatan yang terjadi seperti perampokan, begal, penipuan dan kejahatan lainnya. Tingkat pengangguran sebuah indikator pengukur tenaga kerja yang dimana seorang tidak bekerja tapi aktif dalam mencari pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pengangguran menambah jumlah penduduk miskin dan besarnya masalah ekonomi yang terjadi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia masih terbilang tinggi. Dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen dari Februari 2024. Bisa lihat banyaknya pengangguran sekarang adalah hampir semuanya lulusan perguruan tinggi. Yang mana banyak riset menyatakan Lulusan Diploma, S1,S2 dan S3 sempat mengalami penurunan TPT dari yang awalnya 6, 17 persen jadi 5,52 persen per Februari 2023. Namun, naik kembali menjadi 5,63 persen per Februari 2024.

Kok bisa sih, lulusan perguruan tinggi banyak yang pengangguran?Ada apa dengan lulusan perguruan tinggi?

Masih banyak yang beranggapan bahwa seorang dari lulusan perguruan tinggi dengan mudahnya mendapat pekerjaan. Sebenarnya ini disebabkan banyaknya lulusan perguruan tinggi memilih pekerjaan sesuai kemauan mereka. Banyaknya pekerjaan yang sesuai tapi tidak selaras maka mereka melilih untuk menanganggur dari pada harus menahan gengsi di pekerjaan yang tidak diinginkan.

Ada faktor lain yang mempengaruhi tingginya pengangguran lulusan perguruan tinggi yakni kompetensi keahlian tidak sesuai dengan pasar tenaga kerja, atau tidak memiliki keahlian untuk bersaing di pekerjakan. Adanya faktor ini, menyebabkan banyak pertanyaan tentang kualitas perguruan tinggi dalam meluluskan sarjananya. Dimana lulusannya dianggap tidak mampu menembus kebutuhan pasar.

Selain itu, kualitas dalam berpendidikan sangat penting. Sekarang ini banyak sekali yang beranggapan bahwa pendidikan sebagai bisnis yang menghasilkan keuntungan yang besar. Sebagian pendidikan yang hanya berfokus pada kuantitas tanpa melihat kualitas kelulusannya. Masih banyak materi yang tidak dapat diaplikasikan dalam dunia kerja.

Maka adanya kurikulum merdeka saat ini sebenarnya sangat membatu dalam mempersiapkan mental peserta didik dalam membentuk skillnya. Kurikulum merdeka memfokuskan pembelajar sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasinya. Menurut Nadiem Makarim (Mentri Pendidikan dan Kebudayaan), kebijakan merdeka belajar ini memberiakn kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai minat dan bakat dengan terjun langsung kedunia kerja sebagai karier di masa depan.

Sehingga, bisa menciptakan kompetensi lulusan terbaik setiap perguruan tinggi di Indonesia, baik soft skill atau hard skill supaya lebih siap dan relevan untuk masa depan yang unggul dan berkepribadian.