BEIJING, Actadiurma.id – Perusahaan keamanan teknologi Cina berhasil meretas data pemerintah asing setelah terungkap adanya kebocoran besar-besaran, menurut para analis.
Sebuah perusahaan keamanan teknologi asal Cina berhasil membobol data pemerintah asing dengan menyusup ke akun media sosial dan meretas komputer pribadi, demikian terungkap dalam kebocoran data besar-besaran yang dianalisis oleh para ahli pekan ini.
Kumpulan dokumen dari I-Soon, sebuah kontraktor swasta yang bersaing untuk mendapatkan kontrak dari pemerintah Cina, menunjukkan bahwa para peretasnya menyusupi lebih dari belasan data pemerintahan, ungkap perusahaan keamanan siber SentinelLabs dan Malwarebytes.
I-Soon juga membobol “organisasi demokrasi” di kota semi-otonom Hong Kong, bahkan universitas dan juga data aliansi militer NATO di Cina, tulis para peneliti SentinelLabs pada hari Rabu (21/02).
Data-data yang bocor juga mengungkapkan besaran biaya yang diperoleh para peretas, termasuk uang sejumlah $55.000 (sekitar Rp858 juta), hasil dari membobol kementerian di Vietnam.
FBI mengatakan bahwa Cina memiliki program peretasan terbesar di antara negara manapun. Namun, Beijing telah menepis klaim tersebut sebagai tuduhan “tidak berdasar” dan justru merujuk pada sejarah spionase organisasi siber Washington.
Pieter Arntz, seorang peneliti di Malwarebytes, mengatakan bahwa kebocoran data tersebut kemungkinan akan “menggoyahkan pertahanan entitas yang diretas.”
“Dengan demikian, hal ini mungkin dapat menyebabkan pergeseran dalam diplomasi internasional dan mengekspos celah dalam keamanan nasional beberapa negara,” tambahnya.