BELITUNG, Actadiurma.id – Kapal Tek Sing atau Bintang Sejati yang sangat legendaris hingga mendapat julukan Titanic dari Timur, tenggelam diperairan selat Gaspar Belitung, pada 6 Februari 1822 atau lebih dari 2 abad yang lalu pada masa kejayaan dinasti Qing di China. Kapal berjenis layar jung ini tenggelam bersama 2.000 penumpang dan seluruh muatannya seperti kargo keramik.
Pada masanya, Tek Sing merupakan kapal kargo besar yang memiliki panjang 50m, lebar 10m, dan tinggi 90 kaki, dengan berat 1.000 ton, dan membutuhkan 200 orang awak kapal untuk menggerakkannya.
Kapal ini tenggelam dalam perlayarannya dari pelabuhan Amoy (Xiamen) Hokkian menuju Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia. Saat melintasi selat Gaspar Bangka Belitung, kapal naas ini menabrak batu karang hingga tenggelam dikedalaman 100 kaki atau sekitar 30 meter.
Dari 2.000 penumpang dan ABK, hanya 180 orang yang berhasil diselamatkan oleh sebuah kapal Inggris yang kebetulan sedang melintas. Sementara muatan berupa kargo barang yang sebagian besar berbentuk keramik dan tembikar tenggelam bersama sang Bintang Sejati.
Pada 12 Mei 1999, situs tenggelamnya Tek Sing ditemukan dan dijarah oleh pemburu harta karun asal Inggris, Michael Hatcher. Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) ini sempat lolos begitu saja dalam jumlah 350 ribu keping keramik yang dikemas dalam puluhan kontainer ke Australia.
Pemerintah Australia yang mencurigai lolosnya harta karun bernilai tinggi ini kemudian menghubungi pemerintah Indonesia yang kemudian membentuk panitia nasional BMKT, namun upaya ini sedikit terlambat, hanya sebagian dari benda antik itu yang memberikan nilai ekonomi bagi Indonesia.
Hasilnya pada bulan November 2000, harta karun Tek Sing dilelang di Jerman, dan Indonesia hanya kebagian sekitar 90 milyar Rupiah dan hasil penjualannya.