JAKARTA, Actadiurma.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani berencana memperkenalkan program pinjaman pelajar yang didanai oleh Dana Abadi Pendidikan Indonesia (LPDP), meniru program serupa di Amerika Serikat.
Rencana tersebut merupakan jawaban atas kontroversi seputar sistem pinjaman online yang diterapkan Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan perusahaan peer-to-peer lending Inclusive Finance Group (Danacita) untuk pembayaran biaya pendidikan.
“Kepada mahasiswa yang masih membutuhkan bantuan pinjaman, saat ini kami sedang berdiskusi dengan Dewan Pengawas LPDP, meminta LPDP mengembangkan program pinjaman mahasiswa,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Menurut Sri Mulyani, program student loan ini akan mengadopsi konsep program yang diterapkan di Amerika Serikat. Dalam model ini, siswa dapat mengambil pinjaman untuk biaya sekolah, yang pembayarannya akan dilakukan setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan.
“Namun kami juga berhati-hati. Di negara maju seperti Amerika Serikat, hal ini sudah dilakukan dan menimbulkan permasalahan jangka panjang,” tutupnya.
Pemerintah telah melakukan diskusi dengan bank untuk meminimalkan risiko gagal bayar. “Kami akan rumuskan bagaimana keterjangkauan pinjamannya, sehingga tidak memberatkan mahasiswa tapi juga mencegah moral hazard. Kami ingin memberikan keringanan, terutama kepada mereka yang tidak mampu,” ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan, pinjaman mahasiswa tersebut akan bersumber dari LPDP. Alokasi anggaran untuk beasiswa LPDP saat ini telah mencapai Rp 139 triliun ($8,94 miliar), meningkat secara signifikan dibandingkan dana awal yang hanya sebesar Rp 1 triliun ketika LPDP pertama kali didirikan pada tahun 2013.