Ustadmu bukan yang Menakut-nakutimu

Opini

Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar

Pada tahun 2020 ada seorang Ustadz spesialis kajian tentang akhir zaman meramalkan akan terjadi dukhan di hari Jum’at tanggal 15 Ramadlan 1441 H. Dukhan adalah asap, gas atau kabut yang keluar sebagai tanda-tanda hari kiamat.

Ramalan sudah dipublikasikan sejak beberapa bulan sebelumnya. Ada jama’ahnya yang percaya. Merasa takut dan tertekan, karena merasa belum siap menghadapi hari kiamat.

Bukan hanya teror tentang munculnya dukhan, umat ini saban hari ditakut-takuti dengan isu-isu Dajjal, PKI, dominasi Cina, krisis ekonomi, kerusakan kapitalisme demokrasi, perang dunia ketiga, perang nuklir, megathrust, UFO dan lain sebagainya. Oleh ustadz-ustadz akhir zaman pengajian jadi menakutkan.

Kasihan jama’ahnya yang baru mau hijrah. Dibuat takut dan stres. Mereka yang baru insaf, ingin memulai hidup baru dalam naungan cahaya Ilahi. Ingin menempuh jalan ruhani menuju Allah swt, malah “diteror”dengan ramalan-ramalan. Sungguh menyulitkan jiwa mereka.

Mungkin maksud para ustadz akhir zaman, agar jama’ahnya yang baru hijrah, segera ngebut memperbanyak amal shalih guna menutupi keburukan-keburukan di masa lalu.

Suatu saat Syaikh Abul Abbas al-Mursi ditanya, “Tuan, mengapa penulis al-Risalah al-Qusairiyah memulai dengan Ibrahim bin Adham, bukan yang lain? Bukankah yang lain lebih dulu kalau dilihat darim sejarahnya?”

Syaikh Abul Abbas al-Mursi menjawab: “Sebab, Ibrahim bin Adham tadinya seorang penguasa dunia. Di waktu pagi ia berada dalam kondisi demikian. Akan tetapi, di waktu zuhur ia telah menjadi salah seorang tokoh wali. Karena itu, sang penulis memulai dengannya agar disadari bahwa karunia Allah datang bukan lantaran amal.”

Seharusnya kepada orang-orang yang baru hijrah, dikenalkan dulu arah dan tujuan dari hijrah-nya. Syaikh Ibnu ‘Athaillah mengingatkan:”Dan perhatikanlah ucapan Nabi saw, maka barang siapa yang hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Ustadz-ustadz yang menakuti-nakuti jama’ahnya agar segera ngebut beramal apalagi bagi yang sudah tua tanpa terlebih dahulu mengenalkan jama’ahnya kepada Allah swt, hanya membuat lelah jama’ahnya. Sebab amal yang dikerjakan dengan terburu-buru tanpa disertai ma’rifat, akan tertempeli hawa nafsu.

Ustadz bukan juru ramal. Seorang ustadz idealnya berperan membantu menghantarkan jamaah menuju mendekati Allah swt.

Di bagian penutup kitab Lathaiful Minan, Syaikh Ibnu ‘Athaillah mengutip dari Syaikh Abu Abdullah al-Hakim al-Mursi:…”Gurumu bukan orang yang mengajakmu ke pintu. Akan tetapi gurumu adalah yang mengangkat hijab antara dirimu dengan Dia. Gurumu bukan orang yang ucapannya tertuju kepadamu. Akan tetapi gurumu adalah yang ahwal ruhaninya membangkitkan semangatmu. Gurumu adalah sosok orang yang mengeluarkanmu dari penjara hawa nafsu dan mengantarmu menuju Tuhan…”

Memperbanyak amal bukan tidak perlu, akan tetapi yang lebih penting adalah mengenal Siapa yang dituju ketika beramal. Kata Syaikh Ibnu ‘Athaillah: “Sebagian orang bisa sampai (wushul), karena Allah melenyapkannya dari amal-amal mereka dengan menyaksikan-Nya.”