BANGKA TENGAH, Actadiurma.id – Desa Guntung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) menjadi lokasi pusat penelitian dan pendidikan terkait pengelolaan kepiting remangok.
Pemrov Babel, Pemkab Bateng dan IPB bekerja sama menyiapkan fasilitas tersebut dengan tujuan mendidik, meneliti dan mengembangkan kepiting remangok supaya terjadi keberlanjutan.
Profesor dari IPB, Tridoyo Kusumastanto mengatakan saat ini keberlanjutan kepiting remangok sedang menghadapi banyaknya kerusakan ekologi, yaitu rusak dan tidak terawatnya mangrove.
Padahal, mangrove memiliki fungsi menjaga keberlangsungan tempat hidup atau keberlanjutan kepiting remangok di Provinsi Babel.
Dalam persoalan tersebut, IPB sudah melakukan penelitian hampir di seluruh wilayah Provinsi Babel, yakni Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Pangkalpinang dan Belitung Timur.
“Jadi sudah sangat akurat, kalau tidak, IPB tidak bicara,” ujarnya kepada awak media, Selasa (10/12/2024).
Menurutnya, permasalahan mangrove mempengaruhi keberlangsungan hidup kepiting remangok, sehingga harus diatasi bersama-sama, agar kepiting remangok tidak punah.
Maka dari itu, Pemkab Bateng menempatkan fasilitas penelitian pengelolaan kepiting remangok di Desa Guntung, agar ketika sudah berhasil melakukan pembenihan, 70 persennya akan disebarkan di alam.
“Restocking namanya, 30 persen dibudidayakan, untuk pengembangan ekonomi rakyat,” ujarnya.
Penelitian dan pendidikan akan berupaya mengelola kepiting remangok mulai dari hulu sampai hilir atau dari pembenihan sampai dengan pemasaran produk.
Sebisa mungkin, IPB akan fokus melakukan pemasaran produk hasil pengelolaan kepiting remangok ke pasar Singapura yang mempunyai harga jauh lebih baik.
“Program ini hampir di seluruh Bangka Belitung sebenarnya, bekerja sama dengan Pemda Bappeda, untuk pusat penelitiannya di Guntung karena sudah siap,” ujarnya.
Lahan yang sudah ditentukan sebagai pusat penelitian kepiting remangok disebut sudah disiapkan oleh Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman berikut fasilitasnya.
Kemudian, nantinya KKP akan membantu pengembangan keahlian kemampuan teknologi bagi para pembudidaya kepiting remangok.
“Pak Bupati tanamain mangrove semua pak, di pantainya Bangka Tengah, supaya masyarakat sejahtera tinggal panen dari alam, dibesarkan kemudian diekspor,” sebutnya.
Selain itu, produk hasil pengelolaan kepiting remangok tidak ada limbahnya atau disebut dengan blue economy sebab sisa dari kepiting bisa dijadikan glukosamin dan sintosan.
“Cita-cita kita adalah keberlanjutan aktivitas ekonomi masyarakat, dan tersedianya pangan,” katanya.
Sehingga, nanti pangan sudah ada, tidak ada lagi masyarakat yang stunting, karena tidak hanya ada remangok, tentu ada ikan dan udang kalau yang berbasis laut.
“Mudah-mudahan ini akan tercapai didampingi Pak Bupati, bermanfaat untuk Bangka Tengah dan juga Provinsi Bangka Belitung,” imbuhnya.