JAKARTA, Actadiurma.id – Peneliti BRIN menyebut ‘susu ikan’ tidak dimaksudkan untuk menggantikan susu sapi, melainkan sebagai alternatif atau tambahan manfaat gizi dari protein ikan. Peneliti ahli utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Ekowati Chasanah mengatakan ‘susu ikan’ yang merupakan produk turunan dari hidrolisat protein ikan (HPI) tak dapat menggantikan protein yang ada pada susu sapi.
Menurutnya, susu ikan hanya bisa dijadikan alternatif tambahan yang menawarkan manfaat gizi khusus dari protein ikan.
“HPI tidak dimaksudkan untuk mengganti susu sapi,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (17/09).
Prof Ekowati mengatakan HPI dapat memberikan keunggulan nutrisi tertentu seperti asam amino yang tersedia dari susu sapi atau sumber protein lain. HPI juga cocok dikonsumsi oleh orang yang sedang dalam masa pemulihan maupun orang yang mengalami inteloran laktosa. “Dengan demikian, HPI berfungsi untuk melengkapi bukan menggantikan sumber protein lain dalam diet masyarakat,” lanjutnya lagi.
Saat disinggung soal jumlah kalsium dalam ‘susu ikan’, ia tak menampik jumlahnya tidak bisa setara dengan susu sapi. Menurutnya sumber kalsium dari ikan yang paling bagus adalah mengonsumsi ikan langsung. “Kalsium yang paling bagus memakan ikan langsung yang ada tulang-tulangnya itu. Kalsiumnya lebih banyak,” jelasnya.
Di sisi lain, ia juga menanggapi persoalan yang kerap dipertanyakan oleh masyarakat terkait mengonsumsi ikan segar langsung daripada ‘susu ikan’ yang diketahui sebagai ultra-processed food.
Menurutnya, ikan segar dengan pengolahan yang kurang tepat justru bisa menghilangkan gizinya.
“Ikan itu kan mudah rusak jika dibandingkan (makanan) protein tinggi lain misalnya kedelai gitu. Ikan cepat sekali rusaknya,” ujarnya.
“Kalau pengolahannya tidak tepat, misalnya digoreng, itu ada beberapa asam amino esensial yang penting bagi tubuh itu rusak zat gizinya,” sambungnya.