OPINI: Adit, Mahasiswa IAIN SAS Babel
PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Bahaya rokok sudah menjadi topik pembicaraan umum di setiap kalangan, karena perokok bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja tetapi dari kalangan remaja bahkan anak-anak juga sudah mulai merokok. Tinjauan tentang bahaya rokok sudah banyak dilakukan dan diuji oleh pakar-pakar kesehatan dengan hasil bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit-penyakit ganas seperti kanker. Menurut data survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang dengan 7,4% di antaranya adalah perokok berusia 10-15 tahun.
Peringatan mengenai bahaya rokok yang telah disiarkan melalui media massa dan bahkan ditampilkan secara jelas pada bungkus rokok itu sendiri justru tidak menjadi ancaman bagi masyarakat. Dahulu, hanya orang dewasa yang merokok, tetapi sekarang anak-anak berumur 10-15 tahun juga sudah mulai merokok. Menurut Kemenkes.com, faktor-faktor yang mendorong seseorang menjadi perokok termasuk ingin mencoba rasa yang dijanjikan oleh iklan rokok, ingin tampil macho, gaul, dianggap dewasa, setia kawan, menganggap rokok dapat menghilangkan stres, bersosialisasi, mengusir rasa sepi, jenuh, dan galau. Rokok juga mengandung berbagai macam bahan kimia seperti nikotin, tar, karbon monoksida, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, dan penyakit berbahaya lainnya.
Namun, pernyataan tentang bahaya rokok tersebut sering kali dipatahkan oleh realita hidup manusia. Salah seorang teman saya pernah bertanya, “Apakah rokok itu memang benar-benar berbahaya? Kalau memang berbahaya, mengapa orang tua saya yang sudah berumur 70-an tahun masih hidup sedangkan beliau merupakan perokok aktif?” Dari pertanyaan tersebut dapat saya simpulkan bahwa salah satu penyebab yang paling berpengaruh bagi masyarakat untuk tidak berhenti merokok meskipun telah diberikan peringatan adalah karena tidak sejalan dengan realita kehidupan yang mereka alami.
Ketika seseorang menghisap rokok, ia menggunakan pernapasan perut atau “breath of fire” yang sering dilakukan dalam olahraga yoga. Para perokok akan merasa lebih rileks dan santai sehingga beban pikirannya berkurang. Faktor-faktor seperti ini yang membuat para perokok tidak takut pada ancaman bahaya rokok.
Namun, walau bagaimana pun, satu hal yang pasti adalah rokok memang dapat merusak kesehatan terutama jantung meskipun secara psikologis rokok dapat menenangkan penggunanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya rokok dan mencari cara-cara efektif untuk mengurangi jumlah perokok, terutama di kalangan remaja dan anak-anak.