Perselingkuhan di Era Digital: Bagaimana Teknologi Mempengaruhi Kesetiaan?

Opini

OPINI: Salwa Junita, Mahasiswi IAIN SAS Babel

PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Di era yang serba digital saat ini, dinamika hubungan antarmanusia mengalami perubahan yang signifikan. sekarang menyebar ke dunia Maya dengan segala cara.Dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial dan aplikasi pesan instan, masyarakat memiliki akses tak terbatas terhadap komunikasi di luar lingkaran sosialnya. Hal ini menciptakan peluang untuk mengembangkan hubungan di luar mitra utama Anda dengan cara yang sulit dilakukan tanpa teknologi.
Contoh spesifiknya adalah ketika seseorang yang sudah memiliki pasangan berinteraksi secara intens dengan orang lain di platform media sosial, berbagi cerita pribadi atau bahkan menciptakan keintiman emosional yang dapat berujung pada perselingkuhan.Namun teknologi juga memiliki potensi besar untuk memperkuat loyalitas dalam hubungan, seperti fungsi enkripsi end-to-end yang membantu menjaga privasi komunikasi antar pasangan, memperkuat ikatan emosional antara dua orang yang saling mencintai.
Harus kita akui bahwa perubahan ini juga mempersulit definisi loyalitas dalam konteks digital. Apakah mengirim pesan kepada orang lain di luar hubungan merupakan suatu bentuk perselingkuhan? Bagaimana dengan berinteraksi dengan mantan kekasih di media sosial? Hal-hal seperti ini memerlukan pembahasan dengan pemahaman yang jelas mengenai batas-batas antar hubungan.
Aspek teknologi lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan untuk menciptakan jaringan yang lebih luas atau bahkan berinteraksi secara fisik dengan orang-orang di luar hubungan yang sudah ada.Dalam hal ini, penting bagi setiap orang untuk menjaga kejujuran dan komitmen terhadap pasangannya, tidak peduli seberapa besar pengaruh teknologi terhadap hubungan mereka. dan kewajiban untuk menghormati dan mengutamakan perasaan pasangan.
Seseorang yang sudah menikah atau berkomitmen pada hubungan serius berinteraksi secara intens dengan orang lain melalui media sosial atau aplikasi perpesanan. Mereka mungkin memulai dengan interaksi yang tidak berbahaya, seperti berbagi minat atau aktivitas sehari-hari. Namun seiring berjalannya waktu, percakapan menjadi lebih pribadi dan intim.
Contoh spesifiknya adalah ketika seseorang yang sudah memiliki pasangan menjalin hubungan dekat dengan orang biasa di jejaring sosial. Mereka mungkin berbagi kisah pribadi, saling menawarkan dukungan emosional, atau bahkan mengembangkan keintiman yang melampaui batas-batas yang seharusnya dimiliki oleh sebuah hubungan yang berkomitmen.
Terkadang interaksi ini dapat meningkat menjadi pesan yang lebih sensual atau bahkan langsung yang dapat menyebabkan kecemburuan, ketidakpercayaan, atau kebingungan dalam hubungan yang sudah ada. Sekalipun tidak ada kontak fisik, komunikasi semacam itu dapat dianggap sebagai bentuk perselingkuhan emosional atau perselingkuhan online.
Dalam kasus seperti ini, teknologi memainkan peran penting dalam memfasilitasi dan memperluas kemungkinan perselingkuhan. Meskipun tidak semua hubungan online berakhir dengan perselingkuhan fisik, dampaknya terhadap hubungan yang ada bisa sangat merusak dan menyebabkan ketidakamanan emosional bagi semua orang yang terlibat.
Kesimpulannya, meskipun teknologi membawa banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari, penggunaannya juga memerlukan pertimbangan serius terhadap dampak sosial dan emosionalnya terhadap hubungan antarmanusia. Untuk menjaga loyalitas di era digital ini, masyarakat harus secara aktif membangun landasan hubungan yang kuat berdasarkan saling pengertian, komunikasi terbuka, dan komitmen untuk tetap setia satu sama lain.