Bisakah Disorganisasi Keluarga Dapat Memberi Dampak Kebahagiaan Pada Anak dan Orang Tua

Opini

OPINI : Fatia, Mahasiswi IAIN SAS Babel

PANGKALPINANG, Actadiurma.id – Apa sih disorganisasi keluarga? Mengapa kata “Disorganisasi keluarga” dikhawatirkan banyak orang. Makna disorganisasi keluarga banyak didefinisikan oleh para ahli, salah satu diantaranya ialah terjadinya perpecahan anggota keluarga karena tidak menjalankan perannya serta kurangnya ada keharmonisan, kenyamanan dan ketenteraman didalam hubungan keluarga.

Disorganisasi keluarga menjadi salah satu permasalahan dalam kehidupan seseorang. Istri yang butuh kasih sayang dari suaminya, suami yang butuh perhatian dari istrinya dan anak yang butuh cinta dari kedua orang tuanya.

Dari fenomena ini pasti memiliki dampak yang besar bagi kehidupan individu dan keluarga, baik itu negatif atupun positif. Banyak masyarakat berprasangka bahwa disorganisasi keluarga memilki dampak negatif yang paling banyak terlihat dipermukaan, namun mereka lupa bahwa negatif dan positif akan selalu ada dalam suatu permasalahan.

Pada opini ini penulis akan mengulas bagaimana dampak positif dari disorganisasi dalam keluarga. Tentu dampak negatif menjadi dominan difenomena ini seperti;

  • Terjadinya kesulitan dalam perkembangan psikologisnya seperti trauma, suka menyendiri, depresi baik untuk anak ataupun orang tua
  • Kesulitan dalam ekonomi, terjadinya kegagalan orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarganya

Namun Apakah bisa anak bahagia jika didalam keluarganya terjadi disorganisasi? Atau kedua orang tua bisa hidup dengan rasa nyaman tanpa ada tekanan “bertahan demi anak”, steatment yang menjadi salah satu alasan insan tetap bertahan hidup ditengah keluarga yang tidak harmonis, tidak nyaman, tidak tenteram dan bahkan sulit untuk damai!

Bahagia harus didapatkan oleh setiap insan manapun, baik itu bertahan jangka pendek ataupun jangka panjang, baik itu untuk anak maupun orang tua. Untuk mendapatkan kebahagian, suatu insan harus berani menghadapi permasalahan apapun didalam kehidupannya meskipun didalam keluarga itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah bisa menciptakan kebahagian ditengah keluarga yang mengalami disorganisasi didalamnya? Tentu bisa, berikut cara efektif untuk menghadapi kesulitan dalam hubungan keluarga:

Keluarga yang tidak sempurna tetap dapat mencintai dan disayangi

  • Anak-anak diberikan edukasi yang baik bahwa disorganisasi dalam keluarga tidak berarti mereka tidak disayangi atau tidak memiliki orang tua yang baik.
  • Orang tua mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah mereka. Mengenal situasi keluarga dengan cara yang tepat
    • Anak dan orang tua memiliki hak untuk menghabiskan waktu bersama
    • Membangun komunikasi yang baik antar anak dan orang tua untuk menciptakan bagaimana menjadi pembicara dan pendengar yang baik Jangan menyalahkan pihak manapun
  • Anak sering beranggapan kalau orang tuanya jahat, tidak adil sehingga terjadilah perpecahan dalam keluarganya. Namun dibalik itu semua ada luka yang harus disembuh dengan cara memisahkan diri dengan keluarga.
  • Begitupun sebaliknya orang tua merasa frustrasi kepada anak sehingga dibiarkan begitu saja tanpa ada cinta, kasih sayang dan perhatian terhadapnya Menciptakan pengembangan diri dengan baik
  • saat merasa kestabilan emosi kurang baik karena mengingat permasalahan didalam keluarga, ini menjadi kesempatan pada anak atau orang tua dalam meningkatkan pengembangan dirinya dengan melakukan hal-hal positif baik itu hobi atau aktivitas seperti meningkatkan kemampuan problem solvingnya.

Dengan melakukan hal-hal tersebut dapat dipastikan kebahagiaan akan didapatkan oleh insan manapun baik anak maupun orang tua, bukan salah satu diantaranya. Ciptakan kebahagianmu meskipun ditengah keluarga yang kurang harmonis. Jangan hancurkan kebahagianmu dengan alasan negatif apapun, mari tetap lakukan hal-hal positif dan tetap bahagia dibawah langit manpun.

Kamu berhak untuk bahagia