Menhan Israel Ancam Tingkatkan Serangan ke Lebanon

Internasional

TEL AVIV, Actadiurma.id – Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant menyatakan akan memperluas serangan terhadap militan Hizbullah. Galant memastikan pihaknya akan segera menargetkan posisi Hizbullah meski harus menyerang kota Beirut, Damaskus, atau kota-kota lain di Lebanon.

Israel nampak mulai gerah dengan gangguan keamanan yang dilancarkan pasukan Hizbullah Lebanon. Serangan-serangan roket Hizbullah telah memecah konsentrasi pasukan Israel yang tengah menjalankan misi penghamcuran terhadap Hamas, organisasi militer yang tengah berkuasa di Palestina.

Keterlibatan Hizbullah atau Partai Tuhan yang dibentuk oleh pasukan Iran di Lebanon Selatan pada 1982 ini, sedikit banyak membuat militer Israel lebih repot karena harus membagi front pertempuran.

Menyusul semakin melemahnya kekuatan Hamas setelah sekitar setengah tahun dibombardir, Israel mulai mengarahkan moncong senjatanya untuk memburu pasukan Hozbullah.

Menurut Menhan Israel Yoav Gallant, pasukan dan rudal Israel tidak akan lagi bersikap bertahan menghadapi serangan Hizbullah, namun akan mulai melancarkan serangan untuk memburu dan menumpas kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon Selatan ini.

“Hizbullah akan merasakan peningkatan serangan Israel.”kata Yoav Gallant seperti dilansir Visegrad24.

“Israel telah beralih dari mode pertahanan ke mode pengejaran, sehingga Hizbullah akan diserang di Beirut, Damaskus, dan dimanapun sepanjang diperlukan.”lanjut Yoav Gallant.

Hal senada diungkapkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebutkan meski sudah ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang memerintahkan gencatan senjata, pihaknya akan tetap melanjutkan perang yang disebutnya bertujuan untuk menghilangkan ancaman bagi bangsa Israel.

“Perang terus berlanjut dan akan terus berlanjut sampai akhir, sampai kita menyelesaikan seluruh tujuan kita. Agar tidak ada lagi yang meremehkan kita, kita akan terus berperang di darat, laut, dan udara, sampai kemenangan penuh tercapai.”kata PM Benjamin Netanyahu.