Indonesia Tanggapi Tuduhan Pencurian Data Jet Tempur Korea Selatan

Nasional

JAKARTA, Actadiurma.id – Indonesia baru-baru ini mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki tuduhan yang dilontarkan oleh Korea Selatan bahwa insinyurnya mencoba mencuri teknologi terkait jet tempur KF-21. KF-21 merupakan proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur.

Dua insinyur Indonesia — yang dikirim ke Korea Aerospace Industries (KAI) untuk mengerjakan proyek tersebut — kini menjalani penyelidikan. Para insinyur ini diduga berusaha menyimpan data rahasia terkait KF-21 di drive USB. Investigasi juga sedang dilakukan untuk memeriksa apakah mereka mempunyai kaki tangan internal. Korea Selatan telah melarang para insinyur Indonesia meninggalkan negaranya, stasiun berita Seoul, KBS World, melaporkan pada hari Jumat. Kemudian pada hari yang sama, Jakarta memberikan tanggapan, mengatakan mereka akan memeriksa faktanya.

“Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengumpulkan seluruh informasi terkait insinyur Indonesia yang diduga terlibat kasus terkait pengembangan jet tempur KF-21 dengan KAI,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal melalui pesan singkat.

Namun, jumlah insinyur Indonesia yang diperiksa atas pernyataan Lalu berbeda dengan pemberitaan media Korea Selatan. Saat dimintai konfirmasi nomornya, Lalu berkata: “satu insinyur.”

KBRI Seoul juga telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Korea dan lembaga terkait di negara tersebut. Kedutaan sudah berbicara dengan teknisi tersebut, dan kami sudah memastikan yang bersangkutan tidak ditahan, tambah Lalu.

Menurut diplomat tersebut, teknisi Indonesia telah mengambil bagian dalam proyek bersama ini sejak tahun 2016, dan mengatakan bahwa mereka, sudah mengetahui prosedur dan peraturan kerja. KF-21 merupakan proyek strategis bagi Indonesia dan Korea Selatan. Kedua negara akan menangani segala macam permasalahan yang timbul dalam kemitraan ini dengan sebaik-baiknya,” kata Lalu.

Selain dugaan pencurian data, proyek KF-21 menghadapi masalah lain: tunggakan pembayaran di Indonesia. Sebagai mitra, Indonesia setuju untuk menanggung 20 persen biaya sekitar 1,7 triliun won ($1,3 miliar) sebagai imbalan atas satu prototipe dan transfer teknologi untuk memproduksi 48 jet di dalam negeri.

Namun Indonesia baru membayar 227,2 miliar won hingga Januari 2019, menyisakan akumulasi tunggakan pembayaran sekitar 1 triliun won, menurut KBS World.