HOUTHI, Actadiurma.id – Pada suatu hari yang tenang di Sanaa, ibu kota Yaman, prosesi pemakaman dilakukan melalui jalan-jalan kota. Para pelayat tidak hanya berduka atas kehilangan pribadi, namun juga aksi mogok yang mempunyai arti penting secara nasional.
Amerika Serikat dan Inggris, sebagai tanggapan atas serangan Houthi terhadap pelayaran internasional di Laut Merah, telah melancarkan serangan udara yang mengakibatkan kematian banyak warga Yaman.
Serangan tersebut terjadi pada tahun 2024, menghantam gunung Jadaa di distrik Al-Lahayah di provinsi Hodeida, Laut Merah.
Pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran, melaporkan di TV Al-Masirah yang mereka operasikan bahwa jet tempur AS dan Inggris serta drone pengintai masih melayang di wilayah tersebut. Serangan tersebut diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan rudal Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah, yang dilakukan untuk mendukung warga Palestina selama perang Israel-Hamas.
Setelah serangan tersebut, tangisan sedih warga Yaman bergema di seluruh kota Sanaa. Duka dan kemarahan mereka juga diikuti oleh teman-teman, anggota keluarga, tokoh masyarakat, dan aktivis sayap kiri yang memprotes penggunaan RAF Akrotiri di Siprus sebagai landasan peluncuran serangan.
Para pengunjuk rasa mengutuk pemerintah Inggris atas keterlibatan mereka dan menggunakan tanah Siprus untuk mendukung Israel dalam serangan gencar mereka di Gaza. Serangan tersebut, menurut mereka, menambah kekhawatiran bahwa perang Israel-Gaza dapat menyebar ke seluruh Timur Tengah.
Sementara itu, Pemimpin Partai Buruh Inggris, Sir Keir Starmer, mendukung serangan udara AS-Inggris di Yaman, meski operasi tersebut diluncurkan tanpa pemungutan suara di parlemen.