BERLIN, Actadiurma.id – Studi terakhir menunjukkan COVID-19 meningkat lagi pada akhir 2023. Meski infeksi virus corona kembali naik di Jerman, banyak hal yang kini berbeda dibanding saat pandemi.
Masih banyak orang ingat, pertengahan Desember 2020, Jerman kembali membatasi kehidupan publik. Kebijakan yang disebut sebagai lockdown light ini dimulai awal November, dan dimaksudkan untuk secara signifikan mengurangi jumlah infeksi corona sebelum Natal.
Namun kebijakan ini gagal total. Angka kejadian dalam 7 hari meningkat menjadi hampir 200 kasus. Pemerintah federal dan negara bagian kemudian memutuskan kembali memberlakukan lockdown. Hanya lima orang dari dua rumah tangga yang diizinkan berkumpul, sekolah-sekolah beralih ke pembelajaran jarak jauh, dan pemborongan barang kebutuhan pokok secara berlebihan dari toko ritel pun kembali terjadi.
Tepat tiga tahun kemudian, virus ini telah lama kehilangan kekuatan terornya. Sebagian besar warga Jerman telah divaksinasi dan hampir semua orang punya kekebalan dasar. Namun dokter keluarga di Jerman, seperti Lars Rettstadt kembali kewalahan. Telepon di ruang praktiknya berdering sepanjang waktu.
“Sekarang masa penularan seperti biasa lagi, banyak yang bersin dan batuk. Saat kami mulai buka pada Senin pagi, sudah ada 70 orang datang tanpa buat janji, laki-laki, perempuan, tua atau muda. Diperkirakan 80% terkena infeksi virus, setengahnya mengidap corona.”
Normalitas baru corona di Jerman berarti kebanyakan orang tidak lagi melakukan tes virus secara mandiri. Selain itu, Ketua Asosiasi Dokter Umum Westphalia-Lippe ini hanya menggunakan tes PCR ketika pasien dalam kondisi yang sangat buruk.