JAKARTA, Actadiurma.id – Indonesia telah menunjukkan kepada dunia internasional sebagai negara yang berkomitmen melakukan mitigasi perubahan iklim melalui konservasi mangrove.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur telah membangun pusat konservasi mangrove terpadu untuk keperluan penelitian dan edukasi di lahan seluas total 27 hektar.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3.364.076 hektar. Dalam Peta Mangrove Nasional, terdapat tiga klasifikasi hutan mangrove berdasarkan kondisi dan persentase tutupan kanopi.
Pertama, mangrove lebat, yaitu kondisi mangrove dengan tutupan kanopi di atas 70 persen dan jumlahnya mencapai 3.121.239 ha (93 persen). Kemudian, mangrove sedang yang tutupan kanopinya antara 30 persen hingga 70 persen dan luasnya di dalam negeri 188.363 ha (5 persen). Terakhir, hutan bakau termasuk langka dengan tutupan kanopi kurang dari 30 persen dan jumlahnya di Indonesia mencapai 54.474 ha (2 persen).
Pemerintah saat ini fokus pada rehabilitasi kawasan mangrove yang tutupannya jarang dan mengidentifikasi sebarannya, misalnya di dalam kawasan hutan atau di luar hutan. Sebaran mangrove langka terbesar terdapat pada kawasan di luar hutan yaitu 29.910 ha.
Padahal, mangrove merupakan salah satu benteng alami pantai yang terbaik karena letaknya di daerah pasang surut. Umumnya hutan bakau tumbuh subur di pantai, muara sungai, atau laguna yang dilindungi.